Aku tak ingin tertidur sesampai aku tak ingin terbangun, terbangkanlah aku bersama angan walau nyata memberi luka.
#S_A
Kini telah ku sembunyikan khayalan-khayalanku, agar aku tak lagi hidup bergelut dengan mimpi.
#S_A
Bunga liar itu memang berembun , tapi ia tak pernah berjanji bisa membasahi cakrawala pagimu.
#S_A
Laskar cahaya menggamit berjuta aksara dari setiap kidung doa yang terlantun.
#S_A
Senja ke 12, ia masih tetap kusebut senja dari gemilangnya mentari yang mendamaikan hati.
#S_A
Maafkan aku yang telah melewatkanmu hai senja. Tapi yakinlah bahwa aku tak akan pernah melewatkan cintamu.
#S_A
kulukis langit pagiku dengan kuas asmara, agar hidupku selalu penuh dengan cinta. start with basmalah.
#S_A
Segelas senja ku teguk sebelum tabirnya raup di telan malam.
#S_A
Aku terlalu menggilaimu puan, tergila-gila pada kerudung senja yang kau lingkarkan di wajahmu.
#S_A
Sibisu tak pernah iri pada mereka yang banyak bicara, karena mereka terlalu fanatik terhadap idealisme yang bisa menjerumuskannya pada kesesatan.
#S_A
Kumandikan bejana kerinduan , serta kubasuh ingatan dengan kenangan, dari sebuah kolam yang ku sebut embun purnama.
#S_A
Mimbar subuh melantunkan syair bermega irama dari Al-Quran dan Hadits.
#S_A
Lunturkan imajiku dari sesosok pesona keimananmu.
#S_A
Kita pernah bersama mengitari bima sakti, namun mentari itu terlalu menyilaukanmu hingga aku terlepas dari genggamanmu.
#S_A
Terjebak aku dalam puisiku sendiri, terdiam tanpa makna dalam pengertian.
#S_A
Pujangga embun bertasbih diantara dua waktu mentari.
#S_A
Ada cinta tumbuh tak berbunga, dingin sunyi dan lembab, bagai lumut yang tumbuh di padang pasir.
#S_A
Kubasuh wajahku di telaga embun, agar hilang rasa peluhku terhadap malam yang tak berbintang, di pucuk mentari aku mengitari cahaya sekelak hanya untuk menghangatkan diri.
#S_A
Ada untaian tasbih di balik lentera senja, teruntai bait zikir dibalik hijabmu yang rupawan hai puan.
#S_A
Purnamaku telah tergadai oleh rayuan cintamu.
#S_A
Duhai wanita senja, disini kumenunggu lembayungmu yg jingga. berharap kita bersama merajut cinta di surga.
#S_A
Sang rembulan menanti pinangan sang mentari.
#S_A
Perempuan sepi, jatuh cinta dengan harmonika yang dimainkannya, dari sebuah malam yang merdu,hingga bulanpun, melinangkan airmata.
#S_A
Hujani aku dengan kasih sayang, rangkul aku dengan sebuah kehangatan, deritapun menjelma menjadi kebahagiaan.
#S_A
Kakiku usang terbakar dari perjalanan panjang, tapi ku yakin perih kan terobati dengan sebuah senyuman.
#S_A
Kujadikan puisi ini sebagai bait dzikirku, agar kita bisa bersama menikmati manisnya buah surga dalam sebuah ikatan suci.
#S_A
Maaf kan aku yang tak sempat menitipkan puisi untukmu, tapi aku kan berjanji menitipkan sejuta doa untukmu, agar mendamaikan hati dan jiwamu.
#S_A
Ku berikan seuntai doa padamu, bukan sabait puisi, karna doa kan menjagamu sampai di surga-NYA nanti.
#S_A
Andai jemari kita berpegang erat dalam ikatan suci, hanya pada ilahi kupasrahkan diri,karena ku ingin menikahimu di surga nanti.
#S_A
Tetesan sinar purnama sayup-sayup redup di ujung penantian ini.
#S_A
Aku resah menanti hujan, karena ia hanyalah isyarat, maka biarkanlah ia menguraikan cerita cinta kita.
#S_A
Aku hanyut dalam larutan penyesalan, berandai akan terbaik untuk esok.
#S_A
Ketika pelupuk mata di ujung sayap bidadari, segala nista terhenti akan hadirnya dirimu di hatiku.
#S_A
Selaksana hati berenggut jiwa, terbuai dalam kata-kata, terbitnya cinta bukan karna disanjung melainkan dipuja.
#S_A
Laraku telah kutulis dalam kanvas hati, awalnya cinta ku jadikan sebagai tinta, namun warna merah karna luka yg tertuang.
#S_A
Takdir yang bagitu kejam, sudah seperti sahabat sejati bagiku, karena ia selalu setia menemani kisah hidupku.
#S_A
Kepada nabi Adam aku ingin bertanya, bagaimana rasanya air mata yang pertama ia teteskan di saat ia terpisah lama dengan hawa.
#S_A
Aku mungkin seorang pengecut dalam mengungkapkan perasaanku kepada wanita, tetapi aku bukanlah seorang pecundang yang merebut hati dan perasaan wanita dari pria lain.
#S_A
Hidup jadi buram tanpa cinta,cinta buram tanpa kasih sayang.
#S_A
#S_A
Kini telah ku sembunyikan khayalan-khayalanku, agar aku tak lagi hidup bergelut dengan mimpi.
#S_A
Bunga liar itu memang berembun , tapi ia tak pernah berjanji bisa membasahi cakrawala pagimu.
#S_A
Laskar cahaya menggamit berjuta aksara dari setiap kidung doa yang terlantun.
#S_A
Senja ke 12, ia masih tetap kusebut senja dari gemilangnya mentari yang mendamaikan hati.
#S_A
Maafkan aku yang telah melewatkanmu hai senja. Tapi yakinlah bahwa aku tak akan pernah melewatkan cintamu.
#S_A
kulukis langit pagiku dengan kuas asmara, agar hidupku selalu penuh dengan cinta. start with basmalah.
#S_A
Segelas senja ku teguk sebelum tabirnya raup di telan malam.
#S_A
Aku terlalu menggilaimu puan, tergila-gila pada kerudung senja yang kau lingkarkan di wajahmu.
#S_A
Sibisu tak pernah iri pada mereka yang banyak bicara, karena mereka terlalu fanatik terhadap idealisme yang bisa menjerumuskannya pada kesesatan.
#S_A
Kumandikan bejana kerinduan , serta kubasuh ingatan dengan kenangan, dari sebuah kolam yang ku sebut embun purnama.
#S_A
Mimbar subuh melantunkan syair bermega irama dari Al-Quran dan Hadits.
#S_A
Lunturkan imajiku dari sesosok pesona keimananmu.
#S_A
Kita pernah bersama mengitari bima sakti, namun mentari itu terlalu menyilaukanmu hingga aku terlepas dari genggamanmu.
#S_A
Terjebak aku dalam puisiku sendiri, terdiam tanpa makna dalam pengertian.
#S_A
Pujangga embun bertasbih diantara dua waktu mentari.
#S_A
Ada cinta tumbuh tak berbunga, dingin sunyi dan lembab, bagai lumut yang tumbuh di padang pasir.
#S_A
Kubasuh wajahku di telaga embun, agar hilang rasa peluhku terhadap malam yang tak berbintang, di pucuk mentari aku mengitari cahaya sekelak hanya untuk menghangatkan diri.
#S_A
Ada untaian tasbih di balik lentera senja, teruntai bait zikir dibalik hijabmu yang rupawan hai puan.
#S_A
Purnamaku telah tergadai oleh rayuan cintamu.
#S_A
Duhai wanita senja, disini kumenunggu lembayungmu yg jingga. berharap kita bersama merajut cinta di surga.
#S_A
Sang rembulan menanti pinangan sang mentari.
#S_A
Perempuan sepi, jatuh cinta dengan harmonika yang dimainkannya, dari sebuah malam yang merdu,hingga bulanpun, melinangkan airmata.
#S_A
Hujani aku dengan kasih sayang, rangkul aku dengan sebuah kehangatan, deritapun menjelma menjadi kebahagiaan.
#S_A
Kakiku usang terbakar dari perjalanan panjang, tapi ku yakin perih kan terobati dengan sebuah senyuman.
#S_A
Kujadikan puisi ini sebagai bait dzikirku, agar kita bisa bersama menikmati manisnya buah surga dalam sebuah ikatan suci.
#S_A
Maaf kan aku yang tak sempat menitipkan puisi untukmu, tapi aku kan berjanji menitipkan sejuta doa untukmu, agar mendamaikan hati dan jiwamu.
#S_A
Ku berikan seuntai doa padamu, bukan sabait puisi, karna doa kan menjagamu sampai di surga-NYA nanti.
#S_A
Andai jemari kita berpegang erat dalam ikatan suci, hanya pada ilahi kupasrahkan diri,karena ku ingin menikahimu di surga nanti.
#S_A
Tetesan sinar purnama sayup-sayup redup di ujung penantian ini.
#S_A
Aku resah menanti hujan, karena ia hanyalah isyarat, maka biarkanlah ia menguraikan cerita cinta kita.
#S_A
Aku hanyut dalam larutan penyesalan, berandai akan terbaik untuk esok.
#S_A
Ketika pelupuk mata di ujung sayap bidadari, segala nista terhenti akan hadirnya dirimu di hatiku.
#S_A
Selaksana hati berenggut jiwa, terbuai dalam kata-kata, terbitnya cinta bukan karna disanjung melainkan dipuja.
#S_A
Laraku telah kutulis dalam kanvas hati, awalnya cinta ku jadikan sebagai tinta, namun warna merah karna luka yg tertuang.
#S_A
Takdir yang bagitu kejam, sudah seperti sahabat sejati bagiku, karena ia selalu setia menemani kisah hidupku.
#S_A
Kepada nabi Adam aku ingin bertanya, bagaimana rasanya air mata yang pertama ia teteskan di saat ia terpisah lama dengan hawa.
#S_A
Aku mungkin seorang pengecut dalam mengungkapkan perasaanku kepada wanita, tetapi aku bukanlah seorang pecundang yang merebut hati dan perasaan wanita dari pria lain.
#S_A
Hidup jadi buram tanpa cinta,cinta buram tanpa kasih sayang.
#S_A
0 komentar ^_^:
Posting Komentar